Tanah Karo | METRO ONE – Masalah pemakaian logo yang belum dibayar kepada pendesign di puncak Pelangkah Gading Desa Kutambaru Munthe, jadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat. Panitia dianggap kurang profesional dan lalai. Biaya logo cuma recehan tapi penyelenggara enggan membayar. Menanggapi hal ini penggiat seni Ibrahim Sembiring memberikan statement.
Menurut Ibrahim Sembiring yang diminta tanggapannya Senin (3/3), dalam sayembara apa pun termasuk sayembara pembuatan logo, panitia tentu membuat ketentuan tentang hak-hak panitia dan pemenang terkait desain logo yang dinyatak sebagai pemenang.
Biasanya, desain logo yang menang menjadi milik panitia dengan syarat setelah hadiah (baik berupa uang, tropi, piagam dan sebagainya) diberikan kepada sang pemenang. “Tapi kalau hadiah belum diberikan kepada pemenang, tentu saja panitia tidak berhak menggunakan desain logo itu untuk kepentingan apapun.
Karena itu, coba dilihat kembali seperti apa ketentuan yang ditetapkan panitia terhadap hak-hak panitia dan pemenang terkait desain logo itu” ujar Ibrahim yang kiprahnya dalam giat seni cukup dikenal di Sumut dan NAD ini.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, logo yang dipakai di puncak Pelangkah Gading Kutambaru Kecamatan Munte Kabupaten Karo, menyimpan luka bagi si pembuatnya. Betapa tidak, logo yang oleh Pelangkah Gading sudah dianggap hak milik, ternyata bagi si pembuat Fajar Azni Nasution hingga kini belum menerima haknya. Hasil karyanya tak diingat lagi, karya seni tak lagi perlu diberi apresiasi, ada kesan ketidak jujuran di Pelangkah Gading.
Menurut Fajar, pihaknya adalah sebagai pendesign dalam kompetisi design Logo yang digelar Pelangkah Gading awal Februari lalu.
“Jadi ceritanya Puncak Pelangkah Gading Kutambaru bikin kompetisi logo. Tapi ada makelarnya, makelar itu belik logo ke saya harganya 3 juta, dan harusnya dibayar tanggal 25 Februari. Tapi logonya sudah dipakai dan naik di medsos, duit saya tak dibayar-bayar”, cetus Fajar.
Kronologinya gini kata Fajar, si Ori temen saya minta saya design logo dan bilang nanti dibayar tanggal 20 Februari. Dia bilang Pelangkah Gading bikin kompetisi logo hadiahnya 5 juta. Tapi ya publikasi ngga ada dan kriteria syarat pendaftaran juga nggak jelas. Tapi saya nggak ambil pusing soal itu, yang saya tau dia minta logo ke saya trus bakal bayar 3 juta, dah titik. ya udah saya bikin, dimana prosesnya juga bolak-balik ganti. Kurang ini kurang itu warnanya belum pas apa segala macem. Intinya banyak minta tapi ya gak papa saya kerjain. Trus tanggal 15 Februari logonya di ACC, ya udah saya tinggal tunggu terima duit.
Sekarang logonya uda dipakai dan dibublis di sosial media Facebook dan Instagram tapi duit saya nggak dikasi. Tak apa saya tak dibayar, tapi tak usah pakai logo karya saya itu”.
Kades Pelangkah Gading Benyamin Sembiring yang juga salah satu panitia di masalah logo, saat dikonfirmasi via pesan chat menyarankan agar konfirmasi saja dengan Ori. “Ijin bang, konfir ke Ori aja” tulisnya via massenger.
Sementara Ori yang dikonfirmasi juga via chat hanya menjawan singkat ” Sudah pak, aman, sudah kominikasi ke Fajar” tulisnya. Namun hingga saat ini kedua punggawa yang dianggap bertanggung jawab itu belum menunjukkan etikad baik. Kades Benyamin Sembiring yang kembali dikonfirmasi Seni (23/3) menjawan singkat’ sabar ya bang belum jumpa saya dengan Ori” tulisnya di pesan Chat. (MO/red)