Tanjung Pura | METRO ONE – Munculnya buaya ganas di Daerah Aliran Sungai Pulau Banyak kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat, jadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat khususnya nelayan sungai Pulau Banyak. Cerita itu sampai juga ke kota kecamatan Tanjung Pura. “Kami tak berani lagi memancing, menjala ikan di sungai itu apa lagi di malam hari ” kata Muhliar Riza (40) warga Pulau Banyak kepada Metro One Rabu, (2/12)
“Saya mewakili nelayan yang ada di pulau Banyak khususnya masyarakat pemanfaat aliran sungai Pulau Banyak dan Sungai Sanggalima kecamatan Gebang, meminta dengan sangat pihak terkait. Yakni BKSDA untuk dapat mengkondusifkan kembali sungai yang tadinya tenang dan aman. Sekarang sudah tidak lagi semenjak munculnya buaya- buaya itu dan meresahkan kaum nelayan untuk mencari nafkah”, harap orang yang biasa disapa Reza ini.
Camat Tanjung Pura Taufik Reza membenarkan hal itu bahwa kemunculan buaya sudah adanya laporan pihak desa Pulau Banyak Kepadanya. Saya sudah berkoordinasi bersama pihak BKSDA SUMUT (02/12) untuk penanganan terhadap buaya itu selanjutnya” sebut Camat.
Menanggapi hal ini Kepala Seksi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SUMUT Herbert Aritonang melalui pesan singkat SMS nya kepada Metro One (Kamis 03/12/2020), mengaku akan menindaklanjuti informasi dari masyarakat ,media dan pers di kabupaten Langkat. “Tentang kemunculan satwa liar buaya di desa Pulau Banyak kecamatan Tanjung Pura tim Wild life Rescue SKW 2 telah melakukan monitoring dan koordinasi ke lokasi. Peninjuan ke lokasi pada pukul19.30 WIB oleh tim dari Resort SM.KGLTL II melakukan koordinasi di rumah kades Pulau Banyak selanjutnya mencari informasi dengan saksi masyarakat Pulau Banyak. Sementara pada pukul 20.15 WIB petugas menuju lokasi keberadaan buaya bersama 10 orang saksi dan kades Pulau Banyak dan masyarakat menginformasikan telah melihat sekitar tiga ekor buaya (berdasarkan ukuran tubuh satwa) sejak hari Sabtu 31 Oktober 2020. Masyarkat melihat satu ekor buaya pada pagi hari Rabu. Sampai saat ini masyarakat khawatir beraktifitas di sekitar lokasi karena lokasi tersebut merupakan tempat masyarakat menangkap udang dan kepiting” terang Herbert.
“Lokasi penampakan satwa berada di sungai dengan pengaruh pasang surut air laut selebar 50 meter di APL dan HPT. 10 meter kiri dan kanan sungai adalah tegakan nipah dan perkebunan sawit PT. RAPALA. Akses menuju dermaga adalah aspal bisa dilalui mobil. Berdasarkan informasi satwa bergerak ke arah pemukiman, kami sudah koordinasi dengan Camat Tanjung pura dan beliau membenarkan informasi itu” ujar Herbert.
“Mengingat keberadaan buaya memang berada di sekitar habitatnya, maka ada rencana penanganan yang akan dilakukan. Yakni pemasangan plang peringatan
himbauan untuk tidak beraktifitas di sekitar lokasi. Apabila harus beraktifitas tidak boleh sendiri sendiri. Kami sudah berkoordinasi dengan KPH 1 Stabat sebagai pemangku kawasan dan juga dengan pihak PT Rapala untuk penanganan bersama. Apabila memungkinkan akan dilakukan Rescue karna pilihan ini juga cukup sulit apalagi keberadaan buaya memang sekitar habitatnya dengsn lebar sungai 50 cm. Petugas kami juga masih melakukan rencana di lapangan untuk giat penangan terhadap buaya yang memang meresah kan itu” tandas Herbert Aritonang. (SYAH)