Beranda OPINI Malaikat Penolong Itu Bernama Dimas.

Malaikat Penolong Itu Bernama Dimas.

444
0

Langkat | METRO ONE – Perempuan berkulit putih bersih berhidung bangir itu adalah Mira, warga Desa Tanjung mulia Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Awalnya ia tak mengenal siapa Mas’ud, tapi sejak tahun 2019 perempuan 49 tahun itu paham betul siapa sosok seorang Mas’ud yang akrab disapa Dimas ini. Dimata Mira, Mas’ud adalah malaikat berwujud manusia yang telah merubah sisi gelap orang tuanya dari serangan delapan penjuru angin, orang tuanya digugat di Pengadilan Negeri Setabat 

“Air mata orang tua kami, Asfandi  mengalir membasahi bantal, ia banyak menangis di keheningan malam ketika orang orang terlelap tidur. Menangis karena besarnya rasa takut menghadapi gugatan di Pengadilan Stabat. Tak ada kalimat yang bisa menahan tetesan air bening dari sudut mata sang ayah, hatinya tercabik cabik. Ingin membalas sakit hati dari orang yang mendzalimi, tapi tak ada daya dan kemampuan. Perahu kertas yang ayah buatkan untuk permainan kami berlayar di kelopak matanya. Tapi ternyata air mata itu bisa mempercepat ijabahnya doa-doa. Efek tetesannya mampu menembus batas-batas dimensi. Alhamdulillah, doa doa orang teraniaya didengar Sang Maha Hakim, kami dipertemukan dengan om Dimas disaat semangat hidup semakin rapuh” kata Mira kepada Wartawan di kediamannya pekan kemarin. 

Menurut Mira, ia tak mungkin bisa melupakan jasa besar Mas’ud, seperti ia tak bisa melupakan almarhum ayahnya. Kedua laki laki itu baginya adalah pahlawan yang namanya tetap terukir indah di relung hati terdalam.

“Kami ahli waris almarhum ayah Asfandi yang digugat ke pengadilan Negeri Stabat terkait rumah dan tanah tempat tinggal kami ini. Yang menyayat nyayat bilik hati kami adalah orang yang menggugat bikannorang lain, melainkan keluarga dekat salah seorang dari saudara kandung ayah kami. Bukan hanya kedukaan yang dihadapi, tapi kekecewaan menari nari di tempurung kepala, sakit seperti dihantam popor senapan. Bayangkan, sewaktu ayah kami masih hidup saudaranya itu bergantung hidup padanya. Seperti memelihara anak singa, sudah besar menerkam majikannya” ucap Mira.

Seketika Mira terhenti, mulutnya terkatup, Ia seperti membayangkan raut kriput ayahnya, seperti ada bayangan berkelebat melintas, bayangan ayah dan ibunya yang juga sudah tiada. Ia teringat betapa susahnya mereka bertahan hidup, betapa ayahnya menderita batin yang sengaja dilakukan oleh keluarga sendiri. Ada air bening menetes jatuh ke pipi perempuan berwajah manis itu, ia tarik nafas dalam dalam, dalam sekali.

“Kalau diingat ingat sakit hati ini karena almarhum ayah yang sudah meninggal difitnah mereka. Karena  itu juga lah sebabnya almarhumah mamak kami jadi sakit. Fikirannya terguncang hebat, ekonomi morat marit, untuk makan saja saya harus jualan kopi di depan rumah untuk kebutuhan hidup. Pendapatan pas pasan, langit seperti menindih, hampir kami berputus asa di dalam jalur jalur kepedihan. Mamak pergi meninggalkan kamu anak anaknya dalam keadaan sekarat hidup. Sedih teringat kejadian itu..jadi teringat mamak. Ya Allah..semoga ayah dan mamak Allah tempatkan di Surga Jannatun Naim, terhindar dari fitnah kubur” kenang Mira sambil menyeka matanya yang basah.

Sejurus Mira mengenang pahitnya masa lalu, ia lalu bercerita panjang bagaimana ia bisa bertemu dengan Mas’ud, pengacara bertangan dingin itu.  “Allah pertemukan kami dengan om Dimas, kami adik beradik datang ke rumahnya dan om Dimas siap membantu. Bukan saja tenaga dan ilmunya yang ia siap berikan, tapi juga menyangkut biaya perkara ia yang tanggung sendiri. Pengacara mana yang siap membela kliennya dengan biaya pengacara itu sendiri. Semua biaya dari bea perkara sampai sidang lapangan. Alhamdulilah, gugatan orang orang kalap dan tamak itu kalah, persoalan sengketa itu berakhir secara hukum. Sebegitu besarnya perjuangan dan bantuan om Dimas buat kami kaum marjinal ini, ia membantu tanpa pamrih, ia malaikat di hati kami” lagi lagi Mira mengais, tapi kali ini tangisan itu tangisan bahagia buat orang yang telah memberikannya kebahagiaan. 

Menurut Mira, khabar Dimas maju calon Bupati Langkat benar benar khabar yang teramat menggetarkan hatinya. Pipi dan matanya yang tadinya basah, seketika merona. ” Alhamdulillah, ini khabar terbaik yang pernah saya dengar, tentu kami sangat senang dan pasti siap membantu dengan sekuat tenaga. Jasa orang baik jangan pernah terlupakan. Ya Allah berikan kemudahan pada om Dimas, semoga manusia kebanggaan kami itu diridhoi menjadi orang nomor satu di Langkat” ujarnya.

Langit di atas rumah Mira berubah biru muda, pertanda bagus, seperti birunya perasaan Mira mendengar om Dimas siap bertarung di Pilkada Langkat 2024 mendatang. Ia ingin menggedor gedor pintu langit menyampaikan rasa yang terdalam. (Red)